Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya dilaksanakan impounding (pengisian awal) pada 2023. Hingga saat ini, progres konstruksi telah mencapai 82,51%.
Kepala Bidang Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy Direktorat Jenderal (Ditjen) SDA Kementerian PUPR Sugeng Harianto menjelaskan, Bendungan Leuwikeris mulai dibangun (groundbreaking) pada 2016 lalu dan hingga saat ini progresnya sudah 82,51%.
Dikatakan Sugeng, sebagian besar fasilitas umum dan pendukung bendungan saat ini sudah rampung. Tinggal menyisakan tubuh bendungan yang diperkirakan bakal dibangun pada November mendatang.
“Kita akan menutup sungai atau river closer. Setelah itu, baru kita lakukan pembangunan bendungnya,” kata Sugeng dalam press tour pekan ini.
Dari total lima paket yang dikerjakan, paket II yang dikerjakan PT Waskita Karya Tbk – PT Adhi Karya dengan biaya Rp 461 miliar dan Paket III yang dikerjakan PT Hutama Karya (Persero) dengan biaya Rp 385 miliar progresnya telah mencapai 100%.
Sedangkan sisanya yakni paket I yang dikerjakan PT Pembangunan Perumahan Tbk dan PT Bahagia Bangun Nusa dengan biaya Rp 867 miliar progresnya baru mencapai 55,57% dan paket IV yang dibangun PT Waskita Karya Tbk – PT Hutama Karya – PT Basuki Rahmanta Putra dengan biaya Rp 804 miliar progresnya sebesar 86,27%.
Terakhir, paket V yang dikerjakan PT Waskita Karya Tbk – PT Adhi Karya Tbk dengan biaya Rp 289 miliar progresnya sudah mencapai 98,78%. Dengan demikian, dari total lima paket, baru dua paket yang sudah rampung.
Adapun ruang lingkup pekerjaan paket I meliputi main dam dan bangunan fasilitas. Kemudian paket IV mencakup pembangunan jalan akses, plugging terowongan pengelak, hydromechanical dan electrical work. Lalu paket V mencakup terowongan pengelak, hidromekanikal, dan Jembatan Cikembang menuju quarry yang diambil dari Gunung Pangajar.
Pembangunan Bendungan Leuwikeris menghabiskan total biaya sebesar Rp 2,8 triliun yang berasal dari APBN. Sugeng menyatakan, dari sisi pembiayaan, pembangunan Bendungan Leuwikeris tidak menghadapi tantangan berarti dan akan diupayakan agar tetap sesuai perencanaan awal.
Tantangan justru muncul dari ketersediaan lahan di mana sekitar 7,7 Ha lahan yang akan disiapkan sebagai area genangan, hingga saat ini belum berhasil dibebaskan. Sebenarnya, kata Sugeng, lahan tersebut merupakan wewenang Pemerintah Daerah karena awalnya merupakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang akan diganti dengan tempat lain.
“Sampai hari ini, masih dalam proses. Mudah-mudahan, dalam waktu dekat, pembebasan lahan sudah bisa dilanjutkan,” ungkapnya.
Terkait hal tersebut, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Hendra Utama juga menerangkan, persoalan pembebasan lahan saat ini sudah mencapai 99,6%.
“Jadi, sisa lahan seluas 7,7 Ha itu dananya sudah ada dari Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN). Kita tinggal menunggu dari pihak appraisal untuk tukar guling antara TPA dan Pemerintah Kabupaten Ciamis. Jadi, kemarin sudah disepakati dan diharapkan dua bulan ini kita akan proses dan sebelum akhir 2021 kita sudah menyelesaikan semua masalah tanah,” bebernya.
Hendra melanjutkan, masalah tanah memang harus ditempuh melalui beberapa tahapan, tapi yang jelas dananya sudah siap. Dari total proyek bendungan senilai Rp 2,8 triliun, pihaknya akan berusaha untuk meminimalkan adanya perubahan-perubahan di lapangan dan tetap menyesuaikan perencanaan.
Bendungan Leuwikeris yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 yang diproyeksikan akan memberikan manfaat mulai dari penyediaan air irigasi untuk areal sawah Daerah Irigasi (DI) Lakbok Utara seluas 6.600 Ha dan DI Manganti seluas 4.616 Ha.
Kemudian menyediakan air baku di Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis sebesar 845 liter/detik. Mereduksi banjir 25 tahunan hingga 11,7%, memiliki potensi pembangkit listrik sebesar 20 megawatt, dan pariwisata serta konservasi air tanah. “Insyallah di 2023 kita akan impounding,” jelas Hendra.
Industri akan Tumbuh
Selain manfaat-manfaat tersebut, kehadiran Bendungan Leuwikeris juga di samping akan meningkatkan industri pariwisata, juga akan mendorong di tumbuhnya industri agrobisnis dan UMKM.
Menurut Hendra, wilayah-wilayah seperti Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Cilacap, dan Pangandaran akan tumbuh banyak industri sebagai dampak dari hadirnya Bendungan Leuwikeris yang akan memproduksi listrik air. Sehingga para pelaku industri tidak perlu khawatir kekurangan suplai listrik yang sebelumnya dipasok dari Garut.
“Besok jika sudah diresmikan, kebutuhan listrik akan bisa terpenuhi karena sudah bisa diproduksi di Bendungan Leuwikeris. Jadi, diharapkan industri kecil seperti UMKM juga akan bisa lebih maju,” kata dia.
Untuk memanfaatkan kawasan sabuk hijau (green belt) di area bendungan, Hendra juga menyampaikan sudah ditanam berbagai jenis tanaman mulai dari durian, mangga, rambutan, sampai nangka. Bahkan, pihaknya juga sudah menyiapkan pilot project agar pada saat bendungan diresmikan, penghijauan sudah berjalan dan tanaman-tanaman sudah bisa membuahkan hasil.
Hal serupa juga disampaikan Sugeng yang berharap, dengan terjaminnya suplai air bersih, banyak industri yang bisa dikembangkan di wilayah hilir Ciamis, Banjar, dan sebagainya. “Kami berharap adanya Bendungan Leuwikeris ini, air baku terjamin dan potensi listrik juga lebih besar yang tentu akan mendorong pertumbuhan industri apa pun di wilayah kita ini,” tutur Sugeng.
Untuk diketahui, secara administratif, Bendungan Leuwikeris berada di kawasan Wilayah Sungai (WS) Citanduy di bawah pengelolaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy yang meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cilacap, Kota Tasikmalaya, Pangandaran, dan Banyumas.
WS Citanduy memiliki potensi sumber daya air (SDA) sebesar 170 m3/detik detik atau setara 5,30 miliar m3/tahun. Namun, potensi yang baru dimanfaatkan sebesar 2,45 miliar m3/detik dan sisanya terbuang ke laut. Pembangunan Bendungan Leuwikeris salah satunya juga bertujuan untuk memanfaatkan potensi air yang terbuang tersebut.
Dengan potensi air baku yang mencapai 845 liter/detik, Bendungan Leuwikeris berpotensi bukan hanya menghasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 20 megawatt, tetapi juga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang kini sudah diminati beberapa investor. (*/cr2)
Sumber: beritasatu.com