PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) memperbesar porsi untuk penjatahan terpusat (pooling allotment) dari sebelumnya 2,5% menjadi di rentang 5-7,5%. Penyesuaian penjatahan pooling ini dilakukan perseroan sejalan dengan proses pencatatan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham yang mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.
Menurut sumber, porsi penjatahan akan ada di kisaran 5-7,5%. Di mana, untuk porsi tersebut maka penjatahan akan ada di rentang Rp 1,09-1,64 triliun. Jumlah tersebut naik dari porsi sebelumnya yang hanya Rp 547,5 miliar. Adapun, Bukalapak menargetkan meraih dana segar Rp 21,9 triliun. Dengan demikian, porsi fix allotment (penjatahan pasti) akan ada di rentang Rp 20,81-20,26 triliun.
Terkait berapa besarnya kelebihan permintaan atau oversubscribed dalam masa penawaran umum (offering) yang telah berlangsung 27-30 Juli lalu, sumber lain mengatakan khusus untuk pooling, terjadi oversubscribed hampir mencapai 4 kali dari jumlah porsi pooling yang ditawarkan.
Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, apabila penjatahan pooling meningkat menjadi 5-7,5% karena oversubscription yang lebih tinggi, tentunya ini cukup positif bagi investor ritel yang berkemungkinan untuk mendapatkan penjatahan yang layak.
“Diharapkan porsi kepemilikan investor ritel maupun institusi domestik dapat meningkat setelah dilakukannya listing perdana nanti,” kata Robertus, Senin (2/8/2021).
Animo investor ritel memang terlihat cukup besar, meski secara valuasi harga IPO saham Bukalapak sebesar Rp 850 per saham terlampau mahal jika menggunakan basis GMV lantaran hanya sekitar 1%-2% dari GMV yang bisa dikonversi menjadi pendapatan.
Dengan metode ini, valuasi Bukalapak sekitar 1,5, kali, tiga kali lipat di atas Alibaba yang hanya 0,5 kali. Sedangkan, jika menggunakan valuasi perbandingan market cap dengan pendapatan, maka valuasi Bukalapak untuk level Rp 850 ada di sekitar 64,8 kali. “Animo tinggi karena ini pertama kalinya ada emiten yang masuk kategori unicorn,” ungkap Robertus.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga telah memprediksi, minat investor untuk saham Bukalapak akan cukup besar. Minat yang tinggi ini terutama datang dari investor ritel. Untuk itu, dia menilai porsi investor dalam penjatahan pada IPO Bukalapak sudah selayaknya diperbanyak, namun itu semua tergantung kebutuhan dana Bukalapak.
“Semakin besar porsi untuk ritel lebih baik secara likuiditas di pasar, 5-7,5% sudah cukup baik, kalau 2,5% memang relatif kecil sekali yah,” pungkasnya.
Untuk informasi, dalam prospektus IPO Bukalapak mencantumkan mekanisme claw back. Dengan asumsi terjadi oversubscribed, porsi penjatahan investor ritel berpotensi dinaikkan. Aturan claw back mengatur bila terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan terpusat (pooling) investor ritel, kelebihan itu dengan persentase tertentu akan diambil dari penjatahan pasti (fix allotment) yang umumnya diperuntukkan bagi institusi.
Bukalapak diketahui masuk dalam Golongan IV, yakni IPO dengan nilai emisi lebih besar dari Rp 1 triliun. Dengan kata lain, minimal alokasi penjatahan terpusat ialah 2,5% dari misi. Jika kemudian terjadi kelebihan permintaan pada penjatahan terpusat antara 2,5-10 kali, maka porsi penjatahan terpusat akan diperbesar menjadi lebih dari minimal 5% dari target.
Berdasarkan prospektus Bukalapak tercatat penawaran umum sebelumnya dimajukan menjadi dari tanggal 27-30 Juli, dari sebelumnya 28-30 Juli. Penjatahan dijadwalkan akan berlangsung pada 3 Agustus 2021. Adapun, distribusi saham secara elektronik akan dilakukan pada 5 Agustus 2021. Pencatatan atau listing perdana di BEI akan berlangsung pada Jumat 6 Agustus 2021 ini.
Bukalapak melepas sebanyak 25.765.504.851 lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah saham baru dan dikeluarkan dari portepel perseroan, dengan nilai nominal Rp 50. Jumlah itu mewakili 25% saham perseroan yang akan dilepas ke publik dalam aksi korporasi kali ini.
Sementara itu, manajemen juga akan mengalokasikan 0,05% dari saham yang ditawarkan pada saat IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan atau employee stock allocation (ESA) sebanyak 14,02 juta lembar dengan harga yang sama dengan IPO. Bukalapak juga akan menerbitkan opsi saham untuk program MESOP sebanyak-banyaknya 4,91% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah pelaksanaan IPO atau sebanyak-banyaknya 5,06 miliar.
Dana dari IPO tersebut akan digunakan oleh Bukalapak untuk modal kerja perseroan sebesar 66%. Sedangkan sisanya 34% untuk modal kerja entitas anak, yakni PT Buka Mitra Indonesia dan PT Buka Usaha Indonesia masing-masing 15%. Lalu, PT Buka Investasi Bersama, PT Buka Pengadaan Indonesia, Bukalapak Pte Ltd dan PT Five Jack masing-masing 1%. Dalam IPO ini, Bukalapak telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek.
Adapun PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Ciptadana Sekuritas Asia, PT Investindo Nusantara Sekuritas, PT Lotus Andalan Sekuritas, PT Panin Sekuritas Tbk, PT Philip Sekuritas Indonesia, PT Samuel Sekuritas Indonesia, PT Sinarmas Sekuritas, PT Sucor Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Valbury Sekuritas Indonesia, PT Victoria Sekuritas Indonesia, PT Wanteg Sekuritas, PT UBS Sekuritas Indonesia dan PT Yuanta Sekuritas Indonesia telah juga ditunjuk untuk bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek. (*/cr2)
Sumber: beritasatu.com