Pandemi Covid-19 mendorong 75 juta hingga 80 juta orang lagi di negara-negara berkembang Asia ke dalam kemiskinan ekstrem sepanjang 2020, kata Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam sebuah laporan yang dirilis pekan lalu.
Adapun kemiskinan ekstrem didefinisikan sebagai hidup dengan pengeluaran di bawah US$ 1,90 per hari.
Perkiraan terbaru tentang kemiskinan ekstrem dinilai telah menunjukkan kemunduran bagi agenda pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia. Laporan tersebut mencakup perkiraan pertumbuhan ekonomi dari 35 negara, seperti Tiongkok, India, Bangladesh, dan Papua Nugini, dengan perkiraan lebih rendah dari 46 jalur ADB dalam Asian Development Outlook, publikasi bank yang diikuti secara luas.
Sekitar 203 juta orang atau 5,2% dari populasi kawasan Asia hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2017, menurut laporan tersebut. Tanpa pandemi, angka-angka itu akan turun menjadi sekitar 104 juta orang atau 2,6% dari populasi pada 2020.
ADB mengatakan, kemajuan juga terhenti dalam pengentasan kelaparan, selain perlambatan usaha peningkatan kesehatan dan pendidikan. Sebelumnya, kawasan Asia telah membuat kemajuan yang signifikan di area-area tersebut.
“Asia dan Pasifik telah membuat langkah yang mengesankan. Tetapi Covid-19 telah mengungkapkan garis patahan sosial dan ekonomi, yang dapat melemahkan pembangunan berkelanjutan dan inklusif di kawasan ini,” kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada, pada rilis laporan pekan lalu.
Ekonomi negara berkembang Asia menyusut 0,1% tahun lalu, menjadi resesi pertama di kawasan itu dalam hampir enam dekade. Banyak pemerintah terpaksa mengunci dan membatasi mobilitas untuk menahan penyebaran virus, yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok.
Langkah itu mengakibatkan kontraksi produk domestik bruto (PDB) secara brutal di beberapa negara, seperti rekor penyusutan 9,6% di Filipina dan penurunan 7,3% di India.
Wilayah-wilayah tersebut kehilangan sekitar 8% jam kerja karena pembatasan mobilitas, yang menekan rumah tangga dan pekerja yang lebih miskin di sektor ekonomi informal, menurut laporan tersebut.
“Pandemi Covid-19 telah memperbesar kesenjangan sosial dan ekonomi yang sudah berlangsung lama, dialami oleh jutaan orang yang hidup di bawah atau di dekat garis kemiskinan,” kata laporan itu.
ADB memperkirakan kawasan Asia akan bangkit kembali pada 2021 dengan ekspansi 7,2% pertumbuhan ekonomi. Tetapi penyebaran varian Delta yang lebih menular, memicu lonjakan kasus baru di India dan Asia Tenggara, memaksa banyak pemerintah memberlakukan penguncian baru.
Sementara itu, Presiden ADB Masatsugu Asakawa menyerukan strategi pemulihan yang inklusif.
“Secara jangka panjang, gangguan yang disebabkan oleh pandemi kemungkinan memiliki efek buruk yang cukup besar pada sumber daya manusia dan produktivitas. Wilayah kami membutuhkan pendekatan pembangunan yang berpusat pada masyarakat untuk pemulihan, yang memastikan tidak ada yang tertinggal,” kata Asakawa dalam laporan tersebut. (*/cr2)
Sumber: banten.siberindo.co